DESA INDRAKILA - PERKEBUNAN SALAK

Perkebunan Salak

Komoditas utama yang ada di desa Indrakila Kecamatan sindang  Kabupaten Majalengka ini yaitu dalam bidang pertanian teutama  Salak Pondoh yang menjadi andalan Desa Indrakila, selain Salak Pondoh  Desa Indrakila juga terkenal dengan  Bibit-bibitnya yang unggul seperti Bibit Durian, Salak, Jati, Nanas dan masih banyak lagi.

Arjuna Bertapa di Gunung Indrakila

Sudadh menjadi kebiasaan, waktu saya masih kecil, hal yang paling kami tunggu-tunggu adalah cerita dari Kumpyang (bapaknya kakek) sebelum tidur. Dari sekian banyak cerita, ada satu cerita yang membekas sampai saat ini, karena itu adalah cerita terakhir, sebelum beliau meninggalkan kami selamanya. Judulnya adalah Arjuna Bertapa di Gunung Inddfrakila. Alkisah Arjuna, Sang Ksatria Pandawa, berniat untuk bertapa di puncak gunung Indrakila agar mendapatkan berkah Sang Pencipta. Berkah tersebut diharapkan sebagai bekal yang akan digunakan mengarungi samudera kehidupan. Dalam perjalanannya mencapai puncak gunung, Sang Arjuna diserang oleh seekor babi hutan dengan perut yang sangat besar- dengan seru Kakek bercerita tentang peperangan tersebut – sampai akhirnya babi tersebut dipanah perutnya – sehingga mati. Setelah mengubur babi tersebut, dilanjutkanlah perjalanan menapak jalan terjal berliku menuju puncak gunung. Ditengah hutan yang lebat, kembali Arjuna diserang oleh ular berkepala tiga. Perkelahian diceritakan dengan sangat sengit. Ekor dipegang, kepala mematuk, kepala dipegang, ekor melilit. Akhirnya Sang Arjuna melompat ke belakang, mencabut tiga anak panah sekaligus, merapal mantra, akhirnya anak panah melesat menembus tiga kepala ular – mati. Selesai dengan cerita ular, Sang Arjuna melangkah lagi menuju puncak gunung. Sang Ksatria pandawa melawati Gua Besar yang dihuni oleh raksasa berkepala empat. Penengah Pandawa ini lalu berperang sengit dengan raksasa. Digebuk kepalanya, bukannya loyo, malah tambah besar dan kuat, dipukul badannya – si raksasa tambah galak, dipanah tidak mempan. Di tengah keputus-asaan, Sang Arjuna melompat mundur, dan bersila, mengheningkan cipta, meredam emosi ketitik nol, dan Sang Raksasa, anehnya, mati sendiri. Lalu perjalanan tibalah di puncak gunung Indrakila. Sang Arjuna mencari gua tempat dia bersemedi, mengheningkan cipta, memohon kepada Sang Kuasa, agar kehendaknya dapat dikabulkan. Akibat kuatnya tapa Sang Arjuna, konon swargaloka menjadi panas, lalu Bathara Indra mengirim bidadari yang paling cantik, Dewi Supraba, untuk menggoda tapa Sang Arjuna. Godaannya tidak mempan, lalu Bathara Guru datang, memberikan berkah kepada Sang Arjuna sebuah panah sakti bernama PASOPATI. Cerita tamat, 15 cucu-cucu beliau, termasuk saya, kembali ketempat tidur, bermimpi indah untuk menjadi Sang Arjuna. Berpuluh tahun kemudian, ketika saya menjadi seorang Bapak untuk 3 orang anak-anak yang masih SD dan TK, sayapun merasa punya kewajiban untuk menularkan pengetahuan budaya, melalui cerita sebelum tidur. Hampir setiap minggu, dua anak saya yang sudah SD, menuntut saya untuk bercerita. Salah satu cerita favoritnya adalah Sang Arjuna Bertapa di Gunung Indrakila. Suatu saat, ketika selesai bercerita, dan anak-anak sudah tidur, saya merenung, kenapa dalam cerita itu, Arjuna dihadang babi hutan, ular berkepala tiga, raksasa yang kebal tapi mati, hanya karena arjuna diam dan kenapa dipuncak gunung dia digoda oleh dewi supraba yang cantik. Sahabat, ternyata cerita itu memiliki makna yang mendalam. Dalam perjalanan mencari berkah Hyang Widhi, kita menghadapi banyak godaan. Babi hutan berperut besar adalah simbol dari keserakahan, keserakahan adalah hal yang pertama harus “dibunuh”. Lalu ular berkepala dua melambangkan dengki-iri-hati yang sudah menjadi penyakit manusia. Orang yang dengki dihadapan kita terlihat baik, akan tetapi bisa melilit kita dari belakang. Sangat susah menghadapi orang yang dengki irihati, serangannya terkadang tak ada habisnya. Untuk itu, kita harus menemukan cara untuk membereskan ”isi kepala” si pendengki itu. Raksasa identik dengan kemarahan. Kemarahan jika dilawan dengan kemarahan, bagaikan api disiram bensin, tambah berkobar. Menghadapi kemarahan dapat dilakukan dengan strategi ”cooling down”, dengan itu amarah akan padam dengan sendirinya. Gagalnya godaan Dewi Supraba adalah contoh bagaimana SaSudah menjadi kebiasaan, waktu saya masih kecil, hal yang paling kami tunggu-tunggu adalah cerita dari Kumpyang (bapaknya kakek) sebelum tidur. Dari sekian banyak cerita, ada satu cerita yang membekas sampai saat ini, karena itu adalah cerita terakhir, sebelum beliau meninggalkan kami selamanya. Judulnya adalah Arjuna Bertapa di Gunung Indrakila. Alkisah Arjuna, Sang Ksatria Pandawa, berniat untuk bertapa di puncak gunung Indrakila agar mendapatkan berkah Sang Pencipta. Berkah tersebut diharapkan sebagai bekal yang akan digunakan mengarungi samudera kehidupan. Dalam perjalanannya mencapai puncak gunung, Sang Arjuna diserang oleh seekor babi hutan dengan perut yang sangat besar- dengan seru Kakek bercerita tentang peperangan tersebut – sampai akhirnya babi tersebut dipanah perutnya – sehingga mati. Setelah mengubur babi tersebut, dilanjutkanlah perjalanan menapak jalan terjal berliku menuju puncak gunung. Ditengah hutan yang lebat, kembali Arjuna diserang oleh ular berkepala tiga. Perkelahian diceritakan dengan sangat sengit. Ekor dipegang, kepala mematuk, kepala dipegang, ekor melilit. Akhirnya Sang Arjuna melompat ke belakang, mencabut tiga anak panah sekaligus, merapal mantra, akhirnya anak panah melesat menembus tiga kepala ular – mati. Selesai dengan cerita ular, Sang Arjuna melangkah lagi menuju puncak gunung. Sang Ksatria pandawa melawati Gua Besar yang dihuni oleh raksasa berkepala empat. Penengah Pandawa ini lalu berperang sengit dengan raksasa. Digebuk kepalanya, bukannya loyo, malah tambah besar dan kuat, dipukul badannya – si raksasa tambah galak, dipanah tidak mempan. Di tengah keputus-asaan, Sang Arjuna melompat mundur, dan bersila, mengheningkan cipta, meredam emosi ketitik nol, dan Sang Raksasa, anehnya, mati sendiri. Lalu perjalanan tibalah di puncak gunung Indrakila. Sang Arjuna mencari gua tempat dia bersemedi, mengheningkan cipta, memohon kepada Sang Kuasa, agar kehendaknya dapat dikabulkan. Akibat kuatnya tapa Sang Arjuna, konon swargaloka menjadi panas, lalu Bathara Indra mengirim bidadari yang paling cantik, Dewi Supraba, untuk menggoda tapa Sang Arjuna. Godaannya tidak mempan, lalu Bathara Guru datang, memberikan berkah kepada Sang Arjuna sebuah panah sakti bernama PASOPATI. Cerita tamat, 15 cucu-cucu beliau, termasuk saya, kembali ketempat tidur, bermimpi indah untuk menjadi Sang Arjuna. Berpuluh tahun kemudian, ketika saya menjadi seorang Bapak untuk 3 orang anak-anak yang masih SD dan TK, sayapun merasa punya kewajiban untuk menularkan pengetahuan budaya, melalui cerita sebelum tidur. Hampir setiap minggu, dua anak saya yang sudah SD, menuntut saya untuk bercerita. Salah satu cerita favoritnya adalah Sang Arjuna Bertapa di Gunung Indrakila. Suatu saat, ketika selesai bercerita, dan anak-anak sudah tidur, saya merenung, kenapa dalam cerita itu, Arjuna dihadang babi hutan, ular berkepala tiga, raksasa yang kebal tapi mati, hanya karena arjuna diam dan kenapa dipuncak gunung dia digoda oleh dewi supraba yang cantik. Sahabat, ternyata cerita itu memiliki makna yang mendalam. Dalam perjalanan mencari berkah Hyang Widhi, kita menghadapi banyak godaan. Babi hutan berperut besar adalah simbol dari keserakahan, keserakahan adalah hal yang pertama harus “dibunuh”. Lalu ular berkepala dua melambangkan dengki-iri-hati yang sudah menjadi penyakit manusia. Orang yang dengki dihadapan kita terlihat baik, akan tetapi bisa melilit kita dari belakang. Sangat susah menghadapi orang yang dengki irihati, serangannya terkadang tak ada habisnya. Untuk itu, kita harus menemukan cara untuk membereskan ”isi kepala” si pendengki itu. Raksasa identik dengan kemarahan. Kemarahan jika dilawan dengan kemarahan, bagaikan api disiram bensin, tambah berkobar. Menghadapi kemarahan dapat dilakukan dengan strategi ”cooling down”, dengan itu amarah akan padam dengan sendirinya. Gagalnya godaan Dewi Supraba adalah contoh bagaimana Sang Arjuna mampu mengekang birahinya. Biasanya, kalau kita sudah tiba di-”puncak”, godaan birahi dapat memporak porandakan semuanya. Banyak kerajaan-kerajaan besar jatuh akibat masalah yang satu ini. Sang Rahwana, raja Alengka Pura, sakti mandraguna, kalah dengan pasukan monyet, akibat tak mampu mengekang birahi, melarikan Dewi Sita, istri Sang Rama. Banyak perusahaan-perusahaan keluarga di Indonesia, porak poranda, karena sang pendiri akhirnya lebih sibuk mengurus birahi daripada berusaha memajukan perusahaannya. ”Arjuna” berhasil meraih tujuan hidupnya, karena dia dapat membendung keserakahan, mampu mengendalikan dengki iri-hati, teguh dalam meredam amarah dan birahi tak lagi menguasainya. Ketika anda mengarungi lautan kehidupan, meniti karir di instansi pemerintah maupun sektor swasta, menjadi seorang pengusaha atau profesi lainnya, bukankah anda harus meniru Sang Arjuna ? Menghilangkan keserakahan, karena keinginan laksana laut tak bertepi. Sedikit cukup banyak kurang, sahabatku. Waspada agar tidak melibatkan hati dan pikiran dengan kelicikan, mampu mengendalikan amarah – kalaupun terpaksa marah – cepatlah redakan amarah itu. Terakhir … ini memang cukup berat … perlu pengendalian diri … mengekang ”birahi”. Saya sebagai penulis, mungkin belum dapat melaksanakan hal di atas, tetapi paling tidak akan terus berusaha agar mampu mengendalikannya. Semoga saya berhasil, mendapatkan berkah dari Sang Penguasa Alam, yakni ”Panah Pasopati” untuk mengarungi samudera kehidupan ini.ng Arjuna mampu mengekang birahinya. Biasanya, kalau kita sudah tiba di-”puncak”, godaan birahi dapat memporak porandakan semuanya. Banyak kerajaan-kerajaan besar jatuh akibat masalah yang satu ini. Sang Rahwana, raja Alengka Pura, sakti mandraguna, kalah dengan pasukan monyet, akibat tak mampu mengekang birahi, melarikan Dewi Sita, istri Sang Rama. Banyak perusahaan-perusahaan keluarga di Indonesia, porak poranda, karena sang pendiri akhirnya lebih sibuk mengurus birahi daripada berusaha memajukan perusahaannya. ”Arjuna” berhasil meraih tujuan hidupnya, karena dia dapat membendung keserakahan, mampu mengendalikan dengki iri-hati, teguh dalam meredam amarah dan birahi tak lagi menguasainya. Ketika anda mengarungi lautan kehidupan, meniti karir di instansi pemerintah maupun sektor swasta, menjadi seorang pengusaha atau profesi lainnya, bukankah anda harus meniru Sang Arjuna ? Menghilangkan keserakahan, karena keinginan laksana laut tak bertepi. Sedikit cukup banyak kurang, sahabatku. Waspada agar tidak melibatkan hati dan pikiran dengan kelicikan, mampu mengendalikan amarah – kalaupun terpaksa marah – cepatlah redakan amarah itu. Terakhir … ini memang cukup berat … perlu pengendalian diri … mengekang ”birahi”. Saya sebagai penulis, mungkin belum dapat melaksanakan hal di atas, tetapi paling tidak akan terus berusaha agar mampu mengendalikannya. Semoga saya berhasil, mendapatkan berkah dari Sang Penguasa Alam, yakni ”Panah Pasopati” untuk mengarungi samudera kehidupan ini.

 
DESA INDRAKILA © 2012 | SITUS WEB MILIK BRILIAN OKA ATTAHIRI